Monday, November 29, 2010

Bad Prince n BeautiFOOL (part 1)


UVi

Beautifool, seorang yang cantik namun kebodohannya yang tersohor membuatnya amat mengenaskan. Hakikatnya, ia adalah gadis yang cerdas dan terhormat. Namun karena sepenggal pengalaman hidupnya, citra beautifool berubah secara mendadak. Tapi mungkin ia memang lebih cocok dikenal sebagai Fool dari sejak dulu.
 Kala itu ia baru saja melabuhkan dirinya di sebuah negeri yang tak begitu asing baginya. Meskipun Ia belum pernah sekalipun menginjakkan kaki disana, namun ia sering mendengar penduduk desa mengagungkan namanya, SACREDLAND!
Negeri itu memang indah. Tak ayal jika banyak hati terpikat menetapi-nya. Tanah nan damai beserta senyuman langit yang bisu. Sungguh menjamah hati! Namun… ia pernah mendengar sesuatu yang kelam tentang negeri ini. Ia teringat akan kisah sakral sebuah jiwa nyaris mati. Ialah sang ruh, nyawa satu-satunya yang memegang negeri ini. Kabarnya tak lama lagi seluruh Sacredland akan keras membatu melebihi karang jika ia sampai teracuni masa lalunya sebagai sosok tak berhati. Tapi siapakah dia sebenarnya? Benarkah ia nyata?
Fool tak begitu peduli akan hal itu. Seperti orang-orang yang ia lihat. Mereka senang-senang saja berada dalam kota ini, dan ia pun harus! Sia-sia saja ia melancong ke negeri yang sering ia mimpikan ini jika pada akhirnya ia hanya berada dalam ketakutan yang tak tertuju.
Akhirnya ia berjalan-jalan ke tengah kota seorang diri. Tak heran, karena sejak dulu ia selalu sendiri. Sayangnya kesendirian itu tak dimulai untuk berakhir. Dan mungkin kesendirian itu hanya berkenaan kalbu, karena itu bukanlah kenyataannya. Meskipun demikian kosong ruang hatinya, beruntunglah ia masih bisa menjalani dengan cukup baik. Setidaknya tidak terlalu buruk untuk seorang dayang dari putri tunggal bangsawan besar.
Di tengah kota yang mungkin takkan sepi hingga larut malam tersebut, ia menemui iringan penduduk dengan pakaian serba putih, dari yang renta hingga anak-anak yang seluruhnya adalah kaum hawa, mutiara dunia. Mereka melangkah lamban dan kaku ke satu tujuan. Pantas saja! Sepertinya semua wanita di kota ini ikut dalam barisan tersebut. Ia baru sadar jika orang-orang yang ia temukan sebelumnya hanyalah tuan-tuan. Benar-benar tak ada satupun wanita yang terpisah dari barisan. Terlebih ia melihat mereka meneteskan air mata tanpa henti selayaknya iringan duka. Tanpa kecuali. Sedangkan para pria begitu tak peduli akan keberadaan sang hawa. Mereka tertawa, bersenda gurau, berkerumun dan berjudi. Beginikah sesungguhnya Sacredland?
Salah satu wanita tua dalam iringan duka itu menariknya masuk ke iringan. Beautifool hanya bisa terdiam dalam keheranan yang mendalam. Ia mengikuti mereka. Berjalan ke satu arah. Entah rasa takut ataukah besarnya rasa penasaran yang membuatnya terpancing mengikuti sebaris iringan duka terburuk yang pernah ada.
Barisan penuh tangis nan menyedihkan. Tapi bisa saja diantara orang-orang itu, ialah yang paling tak biasa. Tidak lain dan tidak bukan karena apa yang melekat di tubuhnya. Benar, ia memakai gaun berwarna biru, koleksi terbaik yang pernah ia miliki dan ia gunakan pertama kalinya untuk mengunjungi Sacredland. Pun ia merasa masih ada hal yang membuatnya terlihat aeh di antara kaum hawa yang lain. Hal itu adalah… air mata. Tidak! Haruskah ia menangis sekarang? Ini gila! Untuk apa?!
Fool berpikir jika ini adalah akibatnya karena ia berkeras hati untuk datang ke negeri ini seorang diri. Sampai-sampai ia nekat menyelundup ke bahtera niaga milik paman Lady Evelyn, putri bangsawan yang ia dampingi sejak kecil. ‘Sacredland, aku tak tahu apapun tentangmu,’ ucapnya dalam hati.
Lamunan Fool membuyar saat mendengar teriakan seorang nenek renta di sampingnya.
“Berdukalah! Untuk satu kali saja di tahun ini.”
Beautifool mengerti maksudnya. Mungkin nenek itu menyuruhnya untuk menangis seperti yang lain. Tapi buat apa? Ia tak ingin turut manjadi gila seperti mereka. Ia pura-pura saja tidak mendengar.
“Berdukalah!” sekali lagi ia berteriak, namun kali ini ia menepuk bagian belakang kepalanya dengan telapak tangan yang sudah mengkerut terbakar zaman.
Bersama seribu kali kata terpaksa, akhirnya Fool menangis tersedu-sedu meski tak satupun air mata yang dihasilkan. Terlihat sekali tipuan dalam tangis berbunyi paling keras tersebut. Mungkin lebih tepatnya ia menangis terbahak-bahak.
Akhirnya langkah iringan duka itu terhenti. Fool keluar dari barisan tersebut untuk melihat ke ujung depan. Begitu takjub ia menatap sebuah bangunan besar nan elok di depannya. Itu sebuah istana. itu membuat-nya kembali berniat memuji Sacredland, yang ternyata bukan hanya sekedar MIMPI BURUK.
“Cepat kemari, bodoh!” ujar wanita tua itu kembali. Air matanya tak jua berhenti menetes. Begitu pun wanita  lainnya. “Sebentar lagi kita memasuki GRIEVIA CASTLE!” suara paraunya terdengar lagi.
Perlahan-lahan semua wanita melewati gerbang Grievia Castle. Dan sekali lagi Beautifool memuji keindahan istana itu. Dari dekat memang lebih menakjubkan dibandingkan apa yang ia saksikan dari kejauhan. Segala bentuk impian sepertinya ada dalam istana ini.
Pintu istana itu terbuka juga. Fool tak sabar untuk cepat memasukinya. Tapi apa boleh buat, ia mendapat barisan yang cukup belakang. Namun beberapa saat kemudian, ia mendapati wanita-wanita di barisan depan yang masuk lebih awal, kini kembali keluar melewati pintu yang sama. Tapi kali ini mereka tersenyum lepas. Begitu damai. Mereka berbagi pintu dengan yang masuk.
Kini sang Beautifool yang akan masuk bersama barisannya. Ini bagai saat-saat indah yang mungkin semestinya diabadikan dalam kenangannya. Karena belum tentu Lady Evelyn pun bisa masuk ke tempat seperti ini. Bangga sekali rasanya bisa lebih berpengalaman dari sang majikan.
GRIEVIA CASTLE memang berbeda dari istana-istana dalam dongeng. Mungkin inilah yang lebih indah. Dan mungkin juga itu hanya pendapat Fool, si pemimpi yang sukar bangun dari tidurnya.
Sambil terus memandangi lampu berbandul intan di atasnya, Fool melupakan tujuan utamanya datang kemari. Apa tujuannya? Ia pun tak tahu apakah itu. Hingga ketidakpekaannya pun membuatnya harus terkejut melihat sesosok pria yang duduk di atas singgasana megah di hadapannya.
Begitu ia menyadari ternyata wanita-wanita itu mengeluarkan satu kantung kain dari jubahnya. Isinya adalah beberapa genggam kelopak bunga yang begitu indah dan harum. Belum pernah ia melihat kelopak bunga seperti itu sebelumnya. Warnanya merah kebiruan tapi bukan ungu, ujung kelopaknya bagaikan ujung mahkota raja-raja besar yang biasa diberi batu-batu mulia.
Seseorang dari mereka maju menghadap pria itu. Yang pasti dia bukan Beautifool.
“Kami memberikan kelopak Immortalight yang hanya ada di puncak tertinggi Cloudymount yang selalu malam, sebagai rasa bela sungkawa kami terhadap masa lalumu yang kelam, wahai ruh negeri kami!. Semoga ia tak akan pernah mengambil alih dirimu!”
Apa? Benarkah dia sang jiwa yang memegang negeri ini? Dia betul-betul ada? Fool tak habis pikir dengan semua ini. Kemudian para wanita satu demi satu menaruh kelopak bunga tersebut dalam guci kristal di sampingnya. Namun saat wanita tua yang sejak tadi berada di sisinya akan memasukkan kelopak tersebut, pria itu menolaknya. Ia mendorong perempuan tua itu dengan sebuah tongkat perak setebal ujung ranting yang sejak tadi ia pegang. Nenek itu terjatuh. Kelopak Immortaliht berhamburan.
Fool yang hakikatnya lembut, tak dapat menahan rasa kasihannya. Ia menghampiri sang nenek dan membantunya bangun. Hasratnyalah kini untuk memaki-maki pria yang sama sekali belum terlihat wajahnya sejak pertama kali sosoknya tertangkap mata Beautifool.
“Ia berbicara saat kemari!” ucap Pria Berjubah elok  sambil menunjuk nenek itu.
Fool tak mengerti apa yang ia ucapkan. Ia membantah, “Apakah yang membuat orang bersalah karena berbicara? Akulah yang mengajaknya bicara!”
Pria itu murka. “ Pergilah kalian semua dari istanaku! Kecuali kau yang membantah dan perempuan tua yang bersalah itu!”
Wanita-Wanita itu berhamburan keluar dari pintu dan gerbang istana. Fool menarik nenek itu keluar. Ia rasa kali ini bukan saatnya untuk menuruti perintah seseorang yang ia tak kenal. Ia lebih baik kabur bersama yang lain. Karena ia pasti bebas tanpa adanya satu pun penjaga istana. Namun saat ia hendak membawa serta sang nenek keluar dari istana, pintu besar itu menutup rapat. Kini hanya ia, sang nenek, dan pria kejam yang tidak lain adalah sang ruh negeri yang berada dalam istana tersebut.
* * *
Penjara yang gelap dan beku kini lagi menemani tubuh wanita tua yang renta. Ia sendirian tanpa selimut, tanpa syal hangat, dan tanpa seseorang yang mungkin bisa membuatnya tenang.
Lalu kemana Fool? Gadis yang tadi bersamanya. Apakah ia sudah di-bunuh oleh pria yang hampir tak punya hati itu? Ruh negeri itu? Malang sekali nasibnya! Sudah jauh berkelana, berharap mendapat yang indah-indah, malah harus mati muda!
Tidak! Fool belum mengusaikan kisah bodohnya. Ia tak mungkin mati secepat dan sebodoh itu. Pasti lebih bodoh dari itu!
Fool dikurung di kamar yang gelap. Tak lebih baik dari keadaan penjara kastil tersebut. Ia terbangun ketika seseorang membuka pintu kamar. Cahaya masuk ke daalm ruangan tapi tak banyak. Hanya dari lentera redup yang dibawanya. Fool tak mengenali sosok itu. Yang pasti bayangannya tak melukis-kan pria menyeramkan yang beberapa saat mengurungnya. Dia seorang wanita.
Tubuhnya semakin dekat. Sepertinya Fool mengenali dirinya. Seperti telah lama mengenal sosok itu. Wanita itu membungkuk ke arahnya. Dan saat lentera di tangannya menyinari wajahnya…
“Lady Evelyn? Benarkah itu kau?”
to be continued...

4 comments:

  1. wuihhh... tp klo cakep mah pangerannya ga pa2 dkurung jg.
    di tunggu part2 na

    ReplyDelete
  2. yang ini terinspirasi dari siapa?

    ReplyDelete
  3. anonymous: thx gan

    inonk: gakgakgak... pangerangnya 11/12 ma James Mc Avoy

    dry: mmm...????

    ReplyDelete