Monday, November 29, 2010

Bad Prince n BeautiFOOL (part 1)


UVi

Beautifool, seorang yang cantik namun kebodohannya yang tersohor membuatnya amat mengenaskan. Hakikatnya, ia adalah gadis yang cerdas dan terhormat. Namun karena sepenggal pengalaman hidupnya, citra beautifool berubah secara mendadak. Tapi mungkin ia memang lebih cocok dikenal sebagai Fool dari sejak dulu.
 Kala itu ia baru saja melabuhkan dirinya di sebuah negeri yang tak begitu asing baginya. Meskipun Ia belum pernah sekalipun menginjakkan kaki disana, namun ia sering mendengar penduduk desa mengagungkan namanya, SACREDLAND!
Negeri itu memang indah. Tak ayal jika banyak hati terpikat menetapi-nya. Tanah nan damai beserta senyuman langit yang bisu. Sungguh menjamah hati! Namun… ia pernah mendengar sesuatu yang kelam tentang negeri ini. Ia teringat akan kisah sakral sebuah jiwa nyaris mati. Ialah sang ruh, nyawa satu-satunya yang memegang negeri ini. Kabarnya tak lama lagi seluruh Sacredland akan keras membatu melebihi karang jika ia sampai teracuni masa lalunya sebagai sosok tak berhati. Tapi siapakah dia sebenarnya? Benarkah ia nyata?
Fool tak begitu peduli akan hal itu. Seperti orang-orang yang ia lihat. Mereka senang-senang saja berada dalam kota ini, dan ia pun harus! Sia-sia saja ia melancong ke negeri yang sering ia mimpikan ini jika pada akhirnya ia hanya berada dalam ketakutan yang tak tertuju.
Akhirnya ia berjalan-jalan ke tengah kota seorang diri. Tak heran, karena sejak dulu ia selalu sendiri. Sayangnya kesendirian itu tak dimulai untuk berakhir. Dan mungkin kesendirian itu hanya berkenaan kalbu, karena itu bukanlah kenyataannya. Meskipun demikian kosong ruang hatinya, beruntunglah ia masih bisa menjalani dengan cukup baik. Setidaknya tidak terlalu buruk untuk seorang dayang dari putri tunggal bangsawan besar.
Di tengah kota yang mungkin takkan sepi hingga larut malam tersebut, ia menemui iringan penduduk dengan pakaian serba putih, dari yang renta hingga anak-anak yang seluruhnya adalah kaum hawa, mutiara dunia. Mereka melangkah lamban dan kaku ke satu tujuan. Pantas saja! Sepertinya semua wanita di kota ini ikut dalam barisan tersebut. Ia baru sadar jika orang-orang yang ia temukan sebelumnya hanyalah tuan-tuan. Benar-benar tak ada satupun wanita yang terpisah dari barisan. Terlebih ia melihat mereka meneteskan air mata tanpa henti selayaknya iringan duka. Tanpa kecuali. Sedangkan para pria begitu tak peduli akan keberadaan sang hawa. Mereka tertawa, bersenda gurau, berkerumun dan berjudi. Beginikah sesungguhnya Sacredland?
Salah satu wanita tua dalam iringan duka itu menariknya masuk ke iringan. Beautifool hanya bisa terdiam dalam keheranan yang mendalam. Ia mengikuti mereka. Berjalan ke satu arah. Entah rasa takut ataukah besarnya rasa penasaran yang membuatnya terpancing mengikuti sebaris iringan duka terburuk yang pernah ada.
Barisan penuh tangis nan menyedihkan. Tapi bisa saja diantara orang-orang itu, ialah yang paling tak biasa. Tidak lain dan tidak bukan karena apa yang melekat di tubuhnya. Benar, ia memakai gaun berwarna biru, koleksi terbaik yang pernah ia miliki dan ia gunakan pertama kalinya untuk mengunjungi Sacredland. Pun ia merasa masih ada hal yang membuatnya terlihat aeh di antara kaum hawa yang lain. Hal itu adalah… air mata. Tidak! Haruskah ia menangis sekarang? Ini gila! Untuk apa?!
Fool berpikir jika ini adalah akibatnya karena ia berkeras hati untuk datang ke negeri ini seorang diri. Sampai-sampai ia nekat menyelundup ke bahtera niaga milik paman Lady Evelyn, putri bangsawan yang ia dampingi sejak kecil. ‘Sacredland, aku tak tahu apapun tentangmu,’ ucapnya dalam hati.
Lamunan Fool membuyar saat mendengar teriakan seorang nenek renta di sampingnya.
“Berdukalah! Untuk satu kali saja di tahun ini.”
Beautifool mengerti maksudnya. Mungkin nenek itu menyuruhnya untuk menangis seperti yang lain. Tapi buat apa? Ia tak ingin turut manjadi gila seperti mereka. Ia pura-pura saja tidak mendengar.
“Berdukalah!” sekali lagi ia berteriak, namun kali ini ia menepuk bagian belakang kepalanya dengan telapak tangan yang sudah mengkerut terbakar zaman.
Bersama seribu kali kata terpaksa, akhirnya Fool menangis tersedu-sedu meski tak satupun air mata yang dihasilkan. Terlihat sekali tipuan dalam tangis berbunyi paling keras tersebut. Mungkin lebih tepatnya ia menangis terbahak-bahak.
Akhirnya langkah iringan duka itu terhenti. Fool keluar dari barisan tersebut untuk melihat ke ujung depan. Begitu takjub ia menatap sebuah bangunan besar nan elok di depannya. Itu sebuah istana. itu membuat-nya kembali berniat memuji Sacredland, yang ternyata bukan hanya sekedar MIMPI BURUK.
“Cepat kemari, bodoh!” ujar wanita tua itu kembali. Air matanya tak jua berhenti menetes. Begitu pun wanita  lainnya. “Sebentar lagi kita memasuki GRIEVIA CASTLE!” suara paraunya terdengar lagi.
Perlahan-lahan semua wanita melewati gerbang Grievia Castle. Dan sekali lagi Beautifool memuji keindahan istana itu. Dari dekat memang lebih menakjubkan dibandingkan apa yang ia saksikan dari kejauhan. Segala bentuk impian sepertinya ada dalam istana ini.
Pintu istana itu terbuka juga. Fool tak sabar untuk cepat memasukinya. Tapi apa boleh buat, ia mendapat barisan yang cukup belakang. Namun beberapa saat kemudian, ia mendapati wanita-wanita di barisan depan yang masuk lebih awal, kini kembali keluar melewati pintu yang sama. Tapi kali ini mereka tersenyum lepas. Begitu damai. Mereka berbagi pintu dengan yang masuk.
Kini sang Beautifool yang akan masuk bersama barisannya. Ini bagai saat-saat indah yang mungkin semestinya diabadikan dalam kenangannya. Karena belum tentu Lady Evelyn pun bisa masuk ke tempat seperti ini. Bangga sekali rasanya bisa lebih berpengalaman dari sang majikan.
GRIEVIA CASTLE memang berbeda dari istana-istana dalam dongeng. Mungkin inilah yang lebih indah. Dan mungkin juga itu hanya pendapat Fool, si pemimpi yang sukar bangun dari tidurnya.
Sambil terus memandangi lampu berbandul intan di atasnya, Fool melupakan tujuan utamanya datang kemari. Apa tujuannya? Ia pun tak tahu apakah itu. Hingga ketidakpekaannya pun membuatnya harus terkejut melihat sesosok pria yang duduk di atas singgasana megah di hadapannya.
Begitu ia menyadari ternyata wanita-wanita itu mengeluarkan satu kantung kain dari jubahnya. Isinya adalah beberapa genggam kelopak bunga yang begitu indah dan harum. Belum pernah ia melihat kelopak bunga seperti itu sebelumnya. Warnanya merah kebiruan tapi bukan ungu, ujung kelopaknya bagaikan ujung mahkota raja-raja besar yang biasa diberi batu-batu mulia.
Seseorang dari mereka maju menghadap pria itu. Yang pasti dia bukan Beautifool.
“Kami memberikan kelopak Immortalight yang hanya ada di puncak tertinggi Cloudymount yang selalu malam, sebagai rasa bela sungkawa kami terhadap masa lalumu yang kelam, wahai ruh negeri kami!. Semoga ia tak akan pernah mengambil alih dirimu!”
Apa? Benarkah dia sang jiwa yang memegang negeri ini? Dia betul-betul ada? Fool tak habis pikir dengan semua ini. Kemudian para wanita satu demi satu menaruh kelopak bunga tersebut dalam guci kristal di sampingnya. Namun saat wanita tua yang sejak tadi berada di sisinya akan memasukkan kelopak tersebut, pria itu menolaknya. Ia mendorong perempuan tua itu dengan sebuah tongkat perak setebal ujung ranting yang sejak tadi ia pegang. Nenek itu terjatuh. Kelopak Immortaliht berhamburan.
Fool yang hakikatnya lembut, tak dapat menahan rasa kasihannya. Ia menghampiri sang nenek dan membantunya bangun. Hasratnyalah kini untuk memaki-maki pria yang sama sekali belum terlihat wajahnya sejak pertama kali sosoknya tertangkap mata Beautifool.
“Ia berbicara saat kemari!” ucap Pria Berjubah elok  sambil menunjuk nenek itu.
Fool tak mengerti apa yang ia ucapkan. Ia membantah, “Apakah yang membuat orang bersalah karena berbicara? Akulah yang mengajaknya bicara!”
Pria itu murka. “ Pergilah kalian semua dari istanaku! Kecuali kau yang membantah dan perempuan tua yang bersalah itu!”
Wanita-Wanita itu berhamburan keluar dari pintu dan gerbang istana. Fool menarik nenek itu keluar. Ia rasa kali ini bukan saatnya untuk menuruti perintah seseorang yang ia tak kenal. Ia lebih baik kabur bersama yang lain. Karena ia pasti bebas tanpa adanya satu pun penjaga istana. Namun saat ia hendak membawa serta sang nenek keluar dari istana, pintu besar itu menutup rapat. Kini hanya ia, sang nenek, dan pria kejam yang tidak lain adalah sang ruh negeri yang berada dalam istana tersebut.
* * *
Penjara yang gelap dan beku kini lagi menemani tubuh wanita tua yang renta. Ia sendirian tanpa selimut, tanpa syal hangat, dan tanpa seseorang yang mungkin bisa membuatnya tenang.
Lalu kemana Fool? Gadis yang tadi bersamanya. Apakah ia sudah di-bunuh oleh pria yang hampir tak punya hati itu? Ruh negeri itu? Malang sekali nasibnya! Sudah jauh berkelana, berharap mendapat yang indah-indah, malah harus mati muda!
Tidak! Fool belum mengusaikan kisah bodohnya. Ia tak mungkin mati secepat dan sebodoh itu. Pasti lebih bodoh dari itu!
Fool dikurung di kamar yang gelap. Tak lebih baik dari keadaan penjara kastil tersebut. Ia terbangun ketika seseorang membuka pintu kamar. Cahaya masuk ke daalm ruangan tapi tak banyak. Hanya dari lentera redup yang dibawanya. Fool tak mengenali sosok itu. Yang pasti bayangannya tak melukis-kan pria menyeramkan yang beberapa saat mengurungnya. Dia seorang wanita.
Tubuhnya semakin dekat. Sepertinya Fool mengenali dirinya. Seperti telah lama mengenal sosok itu. Wanita itu membungkuk ke arahnya. Dan saat lentera di tangannya menyinari wajahnya…
“Lady Evelyn? Benarkah itu kau?”
to be continued...

Percikan denting


Uvi
Kediaman keluarga Dimitri memancarkan cahaya kebahagiaan dalam kemewahannya malam itu. Rangkaian bunga dalam vas kramik impor bertengger di setiap sudut ruang, warna-warni minuman dalam gelas-gelas kaca tersusun rapi bagai tumpukan batu menyusun piramida mesir, serta hidangan-hidangan pelengkap jua tak kalah istimewa dalam acara pesta kala itu. Mobil-mobil mewah yang berderet memenuhi halaman rumah yang lapang mengibaratkan diri sebagai rombongan semut yang berhasil menemukan lumbung gula. Memang, keluarga Dimitri amat pantas menyandang pengibaratan sebagai lumbung gula, tepatnya lumbung gula kosong yang nyaris roboh namun dengan beruntungnya ia akan segera bangkit dari ketidakberdayaannya ketika berhasil menjual sisa-sisa butir gula yang tercecer di tanahnya kepada seorang dermawan dengan harga mahal.
Sementara itu kediaman Hartandita, tempat sebuah keluarga berputra tunggal yang amat disegani makhluk-makhluk pebisnis itu tinggal tengah menyepi lantaran sang penghuni sedang menuju ke perayaan mereka yang tidak lain juga merupakan pesta keluarga Dimitri. Hanya ada beberapa orang kepercayaan berseragam satpam yang sengaja ditempatkan di sana untuk menjaga harta kekayaan mereka.
Nampaknya keluarga Dimitri amat bahagia menyambut kedatangan para anggota keluarga Hartandita.
“Sepertinya kita tidak perlu menunggu lama untuk melangsungkan acara pertukaran cincin,” terdengar suara Nyonya Dimitri di tengah-tengah pembicaraan dua keluarga yang berencana mempersatukan diri tersebut.
“Ya, saya rasa juga begitu. Lagi pula kan... kata orang dulu, tidak baik menunda-nunda sesuatu yang baik,” dukung Nyonya Hartandita.
Sementara itu tanpa khawatir derajatnya akan menurun, Tuan Hartandita sangat asyik berbincang dengan para pekerja rumah tangganya yang ketika itu ikut membantu melayani para tamu.
“Fallen, saya ingin kamu menyanyikan sebuah lagu untuk mengiringi acara pertukaran cincin anak saya,” pinta Tuan Hartandita kepada seorang gadis, putri kepala rumah tangganya.
“Ya, Tuan!” jawab Fallen lirih.
“Kau baik-baik saja, Fallen? Sepertinya kau nampak kurang sehat. Kalau kamu tidak bisa, tak masalah. Mungkin sebaiknya kamu istirahat!”
“Tidak, terimakasih Tuan! Kalau masih boleh, saya bersedia mengiringi acara tersebut,” gadis itu menawarkan diri.
“Tentu! Saya akan sangat senang sekali.”
Tuan Hartandita memang sangat simpatik kepada Fallen. Ia mengaguminya, apalagi jika Fallen memainkan piano besar di tengah istananya, boleh jadi ia telah jatuh hati dan menganggapnya seperti anak sendiri.
Seluruh keluarga dan tamu undangan bersuka cita memulai acara simbolik itu. Putra keluarga Hartandita, Geriand Hartandita, dengan putri keluarga Dimitri, Nastiti Paula, akan resmi bertunangan.
“There’s nothing I can do when you’re fading away
 There’s no chance to refuse your going
 Because that’s all your heart really need...”
Terdengar sebuah lagu dinyanyikan oleh sang pengiring untuk pertunangan tersebut. Tetesan air mengenai tuts piano yang sedang dimainkan. Lantunannya terdengar begitu indah tanpa ada seorangpun yang mengetahui seberapa keras ia mengusahakannya. Namun untunglah, tak seorangpun menyimak dan membahas kesesuaian isi lagu tersebut untuk dinyanyikan pada momen itu. Semua terfokus pada proses berjalannya cincin mengikat dua jari insan yang sedang kasmaran tersebut. Lagipula mereka hanya menangkap sisi harmoni yang kental pada irama lagu tersebut.
“You’re the only love in my sorrow
 And you’ve always been the man inside my heart
 You’ve always been the man inside my heart...”
Mereka semua bertepuk tangan. Berbahagia. Namun tidak sebahagia Geriand sang tuan muda dan Paula kekasihnya yang kala itu berhasil meresmikan hubungan mereka ke jenjang yang setidaknya lebih mengikat mereka atas nama cinta.
Fallen. Gadis ini ternyata menaruh rasa cinta yang teramat kepada tuannya. Perasaan nan tak patut ditindak, juga terlalu mengecewakan untuk berakhir semudah ini. Cinta untuk insan lain jenis ini terlampau sempurna untuk menjadi jawaban di dunia jikalau cinta memang terlahir atas nama ketulusan, pengorbanan dan kehormatan.
Selesai perayaan tersebut, keluarga Hartandita memutuskan untuk kembali ke kediamannya. Entah mengapa Nyonya Hartandita bersikeras untuk tidur di rumah besarnya sendiri malam ini. Padahal, keluarga Dimitri sudah menyiapkan kamar khusus untuk mereka bermalam. Sementara para pelayan, termasuk dari pihak Hartandita yang ikut membantu terpaksa bermalam di kediaman Dimitri karena kemalaman usai membenahi segala sesuatu pasca pesta.
*          *          *
Pagi yang tak begitu hangat nan masih gelap menghadiahkan pertunangan mewah tadi malam sebuah berita yang terdengar bagai dentuman piano rusak yang sengaja dibunyikan di waktu sunyi dalam istana kosong.
Mobil yang ditumpangi keluarga Hartandita hilang kendali dan menabrak dinding terowongan. Seluruh penumpangnya tewas, terkecuali........Geriand! Putra tunggal Hartandita yang kini menjadi pewaris tunggal tahta dan harta keluarganya berhasil lompat keluar dari mobil yang bernasib naas tersebut. Tubuhnya terpental dan terseret di aspal. Kini ia kritis. Kakinya patah dan ia mengalami kebutaan!!!
Nastiti Paula begitu shock mendengar kabar tentang kekasih hatinya tersebut. Tak lama pula untuk pecinta geriand yang sejati, Fallen, untuk mengetahui peristiwa tersebut.
Rumah sakit Umum di tengah kota menjadi wadah air mata bagi orang-orang teredekat keluarga Hartandita.
“Syukurlah, masih ada anggota keluarga yang selamat! Entah bagaimana jadinya kalau Geriand pun ikut tewas? Seluruh harta kekayaan mereka pasti jatuh ke tangan panti-panti,” ungkap Tuan Dimitri.
“Cukup, Ayah! Tega sekali dalam situasi seperti ini ayah lebih memikirkan harta yang bukan milik ayah dibanding berempati pada keadaan mereka!” Paula menghardik ayahnya. Ia belum berhenti menangis sejak ia mendengar kabar tentang kecelakaan itu.
Nyonya Dimitri melirik suaminya dan memberi isyarat agar ia lebih menjaga bicara.
Sementara itu, tak dapat terlukiskan sehancur apa persaan Fallen melihat kekasih hatinya dalam keadaan dan perasaan seburuk itu. Kalau saja bisa ia menggantikan Geriand untuk menanggung semua beban dan dukanya, itu mungkin akan lebih baik baginya.
*          *          *
Dua bulan berlalu meninggalkan peristiwa tersebut. Geriand kini pantas menyandang sebutan ‘pria kaya yang buta dan lumpuh’. Ia dirawat di rumahnya oleh orang-orang yang telah membantu keluarganya sejak dulu. Sementara itu keluarga Dimitri senantiasa membantu urusan perusahaan serta semua bisnis yang kini sepenuhnya milik Geriand.
Setidaknya sekali dalam seminggu, Paula tak pernah absen menjenguk tunangannya ke kediaman Hartandita. Bulan lalu ia hampir setiap hari menemani kekasihnya. Namun kini ia lebih sibuk mengurusi sebuah perusahaan properti milik Geriand. Namun bagi Geriand, Paula selalu ada buat dirinya setiap saat ia membutuhkan.
Terapi kaki Geriand terus memperlihatkan kemajuan hari demi hari. Meskipun hanya dilakukan di teras belakang rumahnya dan tak lagi dengan bantuan tenaga ahli, namun sekarang ia sudah mampu berdiri dibantu besi penopang.
“Paula..! Paula, lihat! Aku sudah bisa berdiri,” ucapnya gemetar.
“Hati-hati, Geriand!” gadis itu menperingatkan Geriand.
Tiba-tiba Geriand melepaskan besi penopang tersebut dan ia terjatuh. Seketika gadis itu mengulurkan kedua tangannya untuk menangkap tubuh Geriand agar tak jatuh terbanting. Sikunya pun terbentur lantai marmer dan terluka saat mencoba menahan Tubuh pria itu. Ia lantas memopong Geriand ke kursi rodanya.
“Maafkan aku, Paula! Kau tak apa-apa kan?” tanya Geriand merasa bersalah karena telah menyusahkan. Ia tak dapat melihat darah dari siku gadis yang terluka itu menetes ke kemejanya.
“Tidak, aku baik-baik saja. Kau bagaimana?”
“Aku tak apa-apa. Aku... aku selalu merasa nyaman bila kamu ada di dekatku.”
*          *          *
 “Paula, aku tidak yakin jika masih ada harapan untuk kumelihat lagi,” tutur Geriand di taman belakang. Wajahnya tampak begitu muram.
Ia bangun dari kursi taman tersebut dan berjalan ke suatu arah. Seminggu yang lalu ia sudah mulai bisa berjalan walau dengan menggunakan tongkat. Mungkin tinggal dalam hitungan hari atau paling tidak beberapa minggu untuknya bisa melepaskan tongkat penopangnya itu.
“Tak pernah ada kata mati untuk sebuah harapan. Aku jadi ingat sebuah kisah tentang seorang hamba sahaya yang selalu berharap mendapatkan cinta tuannya. Ia rela berkorban apapun asalkan ia bisa melihat tuannya bahagia. Tapi sayangnya, tuannya itu tak sedikitpun peduli padanya. Hatinya tertambat kepada wanita lain. Tapi terakhir kudengar, kini ia bisa selalu menemani tuannya, di saat tawa maupun duka.”
Sesaat Geriand tertegun. “Apa kaitan cerita itu denganku?”
“Mm… itu hanya salah satu gambaran bahwa harapan tak pernah hilang.”
Geriand tersenyum.
“Paula, apa kau mau menemaniku belajar membaca hari ini?” Geriand memang sedang mempelajari cara membaca huruf Braille.
“Tentu.”
Suasana hening seketika.
“Geriand, aku dengar... ada seorang dokter ahli mata dari Australia. Dia telah sekian kali berhasil dengan operasi yang dilakukannya. Aku bermaksud...”
“Tidak, Paula!” Geriand memotong. “Aku... aku takut ini hanya sia-sia.”
“Geriand!” Gadis itu balik memotong. “Satu-satunya hal yang ingin aku dapati di hidupku ini hanyalah kebahagiaanmu. Bahkan jika seandainya Tuhan mengijinkan, dengan senang hati aku ingin menggantikanmu menanggung kesakitan ini! Aku telah mendaftarkanmu sebagai salah satu pasiennya. Aku juga telah memberikan semua catatan medismu. Maaf, karena aku tak memberitahumu sebelumnya!”
“Paula, maafkan aku! Aku hampir saja menyia-nyiakan apa yang telah kamu usahakan untukku. Aku tak akan pernah rela kehilangan kamu,” ungkap Geriand sepenuh hati.
“Sudahlah, yang terpenting sekarang, kau harus menyiapkan dirimu untuk masa persiapan operasi.”
Geriand mengerutkan keningnya. Ia tersadar akan sesuatu.
“Tenggorokanmu masih belum sembuh, Sayang? Suaramu tidak lagi seperti dulu,” tanya Geriand beralih dari masalahnya.
“Hm... Benarkah? Ya, mungkin aku mesti lebih sering meminum penyegar.”
Geriand tersenyum.
“Suaramu membuatku ingat pada seseorang.”
“Oh ya? Siapa?”
Geriand terdiam sejenak kemudian ia menjawab. “Entahlah, aku tak ingat.”
.....................
“Kau tak mengingatku. Begitu mungkin untuk ketiadaanku di hatimu. Benarkah aku sangat tak berarti bagimu, Geriand? Seandainya kau mengenal diriku sejatinya, aku yang akan selalu ada menjagamu tanpa harus memiliki alasan mengapa kau kucinta? Sementara itu aku terus mencundangi diriku dengan menggantikan cinta dalam hari-harimu tanpa ada yang tahu jika aku hanyalah seorang PEMBANTU! Ya, aku hanyalah FALLEN si pembantu! Aku yang setiap saat bisa terjatuh karena terpisah darimu,” jerit gadis itu dalam hati.
*          *          *
Suara langkah kaki Fallen tak begitu jelas terdengar saat ia berjalan menuju kamar tidurnya. Ia tersentak saat lengannya ditarik paksa oleh sesorang yang ia amat kenal.
“Nona Paula?”
“Kau pasti senang bisa terus bersama-sama kekasihku sepanjang hari?”
“Apa maksudmu, Nona?” tanya Fallen yang sebenarnya mengerti apa maksud Paula.
“Jangan menunjukkan wajah lugumu! Kau pikir aku tidak tahu kalau kau menyukai majikanmu sendiri? Calon suamiku! Dan, apa kau pikir aku tak tahu kalau kau menggunakan namaku untuk mendekati Geriand?”
“Apa itu salah, Nona? Bukankah akan lebih salah lagi jika Tuan Geriand tahu jika wanita yang selama ini menemaninya bukanlah Nona?”
“Jadi… kau merasa jika Geriand akan mencintaimu jika dia tahu kalau kau amat mencintainya? Tidak, Fallen! Dia mencintaku, amat… sangat…!”
“Aku juga mencintainya. Dan aku akan pergi sekarang juga jika Nona menginginkan itu.” entah angin apa yang membuat nekad gadis yang sebenarnya hanya seorang anak pembantu ini berbicara lancang kepada orang yang cukup punya kuasa untuk memecatnya.
“Ayolah, Fallen! Jangan membuatku berpikir seolah hidupmu telah hancur hanya untuk mencintai Geriand! Kau tidak perlu membuktikan pengorbanan cintamu di hadapanku!”
“Ini bukanlah pengorbanan cinta, Nona! Ini hanyalah pengabdian seorang pembantu,” Fallen menenggelamkan citranya kembali.
“Bagus! Tapi aku tak ingin kau pergi sekarang. Aku ingin kau datang di hari pernikahanku nanti, mengiringi perayaan dengan sebuah lagu seperti pada saat pertunanganku. Setelah itu, baru kau boleh pergi. Bahkan harus!” ucap Paula terakhir sebelum ia pergi meninggalkan Fallen tanpa pamit.
*          *          *
Kamar itu adalah kelas utama di rumah sakit ini. Dipersiapkan memang untuk pasien seberada Geriand. Operasi akan dilaksanakan sore ini. Nastiti Paula ataupun keluarga Dimitri berencana akan datang siang nanti seusai mereka menyelesaikan urusan bisnis yang menyita waktu mereka setiap hari.
Fallen datang menemui Geriand pagi harinya.
“Paula, jika operasiku berhasil, orang yang pertama kali ingin kulihat adalah kamu. Ya... tentunya selain dokter!”
“Ha...ha!” tawa Fallen tipis dan singkat. Tawa itu sama sekali tak bisa menutupi sendu hatinya. “Tentu itu akan terjadi seandainya kau sembuh nanti. Karena aku tidak lagi akan di sini,” pikir Fallen kemudian.
“Sayang, entah mengapa aku merasa akan kehilangan sesuatu. Semoga itu bukan kesempatanku untuk sembuh!” Geriand membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi padanya apabila ia menjalani operasi ini.
“Apa yang kamu bicarakan? Kamu akan sembuh, Geriand!” Fallen berusaha membangun semangat Geriand. “Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu. Tapi kau harus membacanya sendiri,” alihnya.
“Baiklah, mana yang harus kubaca?”
“Tunggu sebentar!” Fallen menyambung puzzle plastik yang bercetakan sebuah huruf Braille tiap kepingnya. Ia lantas memberikannya pada Geriand.
Geriand  meraba setiap huruf yang timbul dalam susunan itu.
“Aku…hanya…bisa…mencintaimu...” Geriand membacanya sedikit demi sedikit. “Paula...!” panggilnya lirih. Geriand sungguh luluh dan terharu mengetahui isi hati gadis yang dalam sepengetahuannya adalah tunangannya, Paula.
“Geriand, aku ingin memeluk kamu, kali ini saja!”
Tanpa jawaban sepatah kata pun dari Geriand, Fallen langsung memeluknya erat. Ia menangis karena ia tahu jika ini adalah kali terakhir ia bisa berada di sampingnya. Suatu hal yang sangat menyakitkan saat cinta tak pernah memihak. Bahkan keadaan dan waktu sekalipun tak ingin menolong si pencinta untuk dapat mencintai.
“Mengapa kau menangis?”
Fallen tak menjawab. Ia melepaskan pelukannya dan bergegas mengambil sesuatu di atas meja.
“Aku membelikanmu sepatu kets. Setahuku, kau sangat suka mengoleksinya. Kalau kau tak menyukainya, terserah mau kau apakan.”
“Terima kasih, Sayang! Warnanya apa? Aku jadi penasaran dan ingin cepat memakainya!”
“Abu-abu tua.”
“Sudah lama aku memesan warna itu di tempat langgananku tapi mereka tidak juga mengirimnya. Sekali lagi, terimakasih!”
“Geriand, aku harus pergi sekarang...”
“Kamu mau kemana?”
Fallen tak mungkin menjawab pertanyaan itu. Ia mengecup kening Geriand perlahan lalu pergi meninggalkannya.
 *         *          *
Pesta pernikahan dua sejoli yang tak terpisahkan itu dilaksanakan di taman belakang yang luas dan sejuk. Seorang pengusaha muda yang kaya akhirnya bersatu juga dengan cinta sejatinya yaitu putri keluarga Dimitri, Nastiti Paula.
Pernikahan tersebut telah dinyatakan syah. Terdengar bunyi dentingan dari piano putih yang selaras dengan kursi serta dekorasi pelaminan bernuansa putih dalam agungnya sebuah pernikahan. Seorang wanita duduk memainkan piano yang ditaruh di sudut kanan podium hingga terkesan membelakangi pengantin dan para tamu undangan.
“There’s nothing I can do when you’re fading away
 There’s no chance to refuse your going
 Because that’s all your heart really need...
 I’d be anything you want
Dying for the better life without you… is a piece of sacrifice I would do
 You’re the only love in my sorrow
 And you’ve always been the man inside my heart”
Sang pengantin pria mengecup lembut kening mempelai wanitanya disaksikan oleh sekian pasang mata, bersamaan dengan terperciknya tetesan air ketika jatuh di atas tuts piano. Setegar mungkin gadis yang tidak lain adalah Fallen tersebut menyanyikan sebuah lagu untuk mengiringi kebahagiaan mereka, menahan gemetar karena tangis dan kesedihan. Lantunan, denting, serta percikan air mata bersatu dalam restu setengah hati yang menjadi sebuah hadiah pernikahan.
“You’ve always been the man inside my heart...”
*          *          *
Malam itu begitu dingin. Gerimis mulai menyerbu setitik demi setitik. Fallen berjalan di atas loteng sebuah losmen dimana ia tinggal sekarang.
“Aku tak tahu lagi bagaimana kesedihan akan tersapu? Aku juga tak tahu dimana tempat menemukan kau dan aku bersatu? Aku terjatuh atas nama cinta, yang tercipta bukan atas nama waktu, melainkan ketulusan dan suatu hal yang mereka sebut alasan.”
Ia melangkah di atas sebuah kerangka besi bekas papan reklame di atas gedung minimarket di seberang yang roboh menimpa losmennya dan telah lama dibiarkan seperti itu. Meskipun besi itu bisa menghubungkan dua bangunan tersebut, namun belum pernah ada yang berani menggunakannya sebagai jembatan lantaran besi-besinya sudah keropos.
Fallen bagai kehilangan pikirannya. Bahkan orang-orang lebih sering menyebut tingkahnya ini sebagai kegilaan. Ia berjalan hingga ke tengah besi, berdiri di antara bangunan losmen dan minimarket. Ia lalu duduk dan menjuntaikan kakinya ke bawah.
Gerimis kian menyerupai hujan.
“Kubiarkan hujan menghapus kesedihanku. Agar aku dapat terbangun dari mimpi buruk ini, yang membuatku tak mampu memimpikan hal lain selain engkau” Fallen terus berkata-kata sendiri.
Seorang pria datang menghampirinya dari arah losmen. Ia berdiri di ujung jembatan papan reklame sambil menatap Fallen. Gadis itu pun balas menatapnya dan tersenyum kecil menyambut kedatangannya. Pria itu melepas sepatu kets abu-abu tuanya dan berjalan menghampiri Fallen.
~THE END~

Norse Mythology (Mitologi nordik)


Mitologi Nordik atau Norse adalah salah satu mitologi yang berakar kuat pada bangsa2 eropa, yg tentunya punya pengaruh kuat pada kebudayaan eropa dan dunia sampai hari ini.
Mitologi Nordik (bahasa Inggris: “Norse Mythology”, Norþ: utara) merupakan kepercayaan masyarakat Eropa utara (negara Denmark, Norwegia, Islandia dan Swedia) sebelum kedatangan agama Kristen. Kepercayaan dan legenda ini menyebar ke negara-negara Eropa utara lain, termasuk Islandia yang memiliki sumber-sumber mitologi tersebut.


Mitologi tersebut merupakan kumpulan dari kepercayaan kuno orang-orang Eropa utara yang berisi kisah-kisah tentang makhluk supernatural, kosmologi, dan mitos-mitos lainnya yang ditulis berbentuk puisi atau prosa dan terangkum dalam Edda. Mitologi tersebut ditulis sebelum dan setelah kedatangan agama Kristen di Eropa utara.
Dalam cerita rakyat Skandinavia, mitologi tersebut masih bertahan, dan di daerah pedesaan, tradisi-tradisi kuno tersebut masih tampak sampai sekarang. Mitologi tersebut juga memberi pengaruh dan inspirasi dalam kesusastraan zaman sekarang.
Sumber-sumber
Mitologi Nordik dituturkan dari mulut ke mulut dan kini sudah banyak ditinggalkan atau hilang. Pada zaman dulu, kisah-kisah tersebut dikumpulkan dan dicatat oleh sarjana-sarjana Kristiani, terutama dalam Edda dan Heimskringla. Edda yang ditulis berbentuk prosa dan syair, isinya menceritakan tentang karakter Dewa-Dewi dan kisah-kisah mitologi. Beberapa Edda itu ditulis oleh Snorri Sturluson, yang merupakan seorang penyair, sastrawan, dan sarjana Kristiani yang menganggap bahwa Dewa-Dewi Nordik lebih mirip manusia daripada dianggap sebagai setan.
Di samping sumber-sumber tersebut, ada legenda hidup yang berkembang di masyarakat Skandinavia, misalnya beberapa legenda yang muncul dalam kesusastraan Jerman, dan cerita-cerita mitologi di Deor. Ketika beberapa cerita itu bertahan, para ahli bisa mengungkapkan cerita yang belum ditulis. Sebagai tambahan, ada ratusan tempat di Skandinavia yang dinamai setelah Dewa-Dewa mereka.
Ada beberapa peninggalan yang mengungkapkan kisah-kisah dalam mitologi Nordik. Peninggalan-peninggalan tersebut berupa lukisan, arca, dan pahatan.
Dalam mitologi Nordik, dikenal adanya sembilan dunia, yang mana sembilan dunia tersebut dihubungkan oleh pohon Yggdrasil.



Dalam mitologi Nordik, pohon Yggdrasil merupakan pusat dunia. Pada cabang-cabang dan akar-akarnya terdapat dunia-dunia yang berbeda, yaitu:
1. Asgard, dunia para Æsir atau golongan Dewa-Dewa tinggi dan yang paling berkuasa. Asgard terletak pada cabang Yggdrasil di sebelah atas yang dialui oleh Mata air Urd.
2. Vanaheim, dunia para Vanir atau golongan Dewa-Dewi kecil. Letaknya berdekatan dengan Asgard di lingkungan para Dewa.
3. Alfheim, dunia para elf atau ras Dewa kecil pengatur kesuburan.
4. Midgard, dunia manusia sebagai dunia makhluk yang tidak abadi
5.  Jötunheimr, dunia para Jotun atau para raksasa
6. Svartálfheim, dunia para Svartálfar (bahasa Inggris: Swart elfs/elves) atau Dökkálfar (bahasa Inggris: Dark elfs/elves) yaitu kaum elf dari kegelapan
7. Niddhavellir, dunia para Dwarf atau orang kerdil. Mereka tinggal di gua-gua atau di bawah tanah sebagai penambang yang mahir dan ahli membuat peralatan dan senjata dari logam
8. Niflheim, dunia bawah tanah yang dingin, rumah para Jotun (raksasa) es, dikuasai oleh Hel, saudara perempuan Loki
9. Muspell atau Muspellheim, dunia api dan rumah bagi Surt, raksasa yang kulitnya berupa lahar dan rambutnya adalah api
Menurut mitologi Nordik, Ada tiga golongan makhluk yang lebih berkuasa daripada manusia, yaitu: Æsir, Vanir, dan Jotun. Æsir dan Vanir merupakan golongan yang sangat dekat, karena merupakan golongan para Dewa. Æsir dan Vanir bersama-sama menciptakan alam semesta, mengatur kehidupan manusia, meskipun mereka pernah bertarung dengan sesama.
Musuh para Æsir dan Vanir adalah para Jotun atau raksasa (bahasa Inggris kuno: Eontenas atau Entas). Mereka mirip dengan para Titan dan Gigantes dalam mitologi Yunani. Kata Jotun sering diterjemahkan sebagai raksasa, meskipun kata troll atau setan lebih cocok. Para Jotun atau raksasa tidak selamanya jahat. Æsir sebagai golongan para Dewa berselisih dengan Jotun, meskipun para Dewa dan Jotun pernah menjalin hubungan dan saling menikah, seperti Thor menikah dengan Járnsaxa; Odin bersaudara dengan Loki; Hel (setengah Dewi setengah raksasa) bersaudara dengan Loki. Dalam mitologi, Jotun wanita biasanya tidak jahat (seperti dalam kisah, Grid membantu Thor) dan menikahi golongan Dewa (seperti dalam kisah, Thor menikahi Járnsaxa).
Selain Dewa dan raksasa, mitologi Nordik juga menyebutkan adanya monster seperti Jörmungandr (Si ular laut) dan Fenrir (srigala raksasa) yang dapat ditemukan di sekitar Midgard. Dua monster tersebut dikatakan sebagai anak buah Loki, Dewa pencari masalah, seorang keturunan Jotun. Makhluk mitologi yang lain adalah Hugin dan Munin (yang berarti “pikiran” dan “ingatan”), dua gagak yang menjaga Odin.
Makhluk dalam mitologi Nordik
Ymir: raksasa pertama
Ask: pria pertama
Embla: wanita pertama
odin - dewa tertinggi mitologi nordik

Odin: Dewa pertempuran, kematian, syair, dan ilmu gaib. Penguasa Asgard. (muncul dalam FINAL FANTASY VIII)
Loki: Si penipu, tukang pencari masalah. Dia membunuh Balder melalui tipu muslihat. (Ada di serial komik DC)
Fenrir: srigala raksasa buas, tangan kanan Loki, yang seperti monster. Akhirnya berhasil diikat oleh rantai yang dibuat para Dwarf setelah ia memakan tangan Tyr yang berkorban agar Fenrir mau diikat.
Jörmungandr: ular (atau cacing) raksasa, anak buah Loki
Thor: Dewa petir dan kilat, Dewa perang. (Ada di serial komik DC)
Njord: Dewa laut.
Iðunn: Dewi kemudaan. Ia memiliki buah apel yang dapat membuat hidup abadi.
Peribadatan bangsa Skandinavia kuno
Pada masa lalu, pemujaan terhadap Dewa-Dewi kuno dan pengorbanan manusia dilakukan orang Skandinavia. The Blot adalah bentuk pemujaan yang diterapkan orang Jerman kuno dan orang Skandinavia. Mereka memakai batu yang disusun yang disebut “horgr” sebagai altar sederhana atau sarana pemujaan. Ada pusat pemujaan yang penting seperti Skiringsal, Lejre, dan Uppsala. Kuil di Uppsala memiliki tiga patung Dewa atau berhala: Thor, Odin, dan Freyr.
Pengaruh terhadap masa sekarang
Mitologi Nordik memiliki pengaruh terhadap beberapa hal yang bisa ditemukan pada zaman sekarang. Nama-nama hari dalam bahasa Inggris diambil dari nama-nama Dewa-Dewi Nordik, seperti
Sunday : Sun’s day atau hari matahari
Monday : Moon’s day atau hari bulan
Tuesday : Tyr’s (Tiw’s) day atau hari Tiw (apaan nich)
Wednesday : Odin’s day atau hari Odin (dewa perang)
Thursday : Thor’s day atau hari Thor
Friday : Frigg’s atau Freyja’s day atau Hari Freyja (apalagi nich)
Saturday : dalam bahasa Inggris, Saturday adalah satu2nya hari yang bukan berasal dari mitologi Nordik, tapi dari mitologi Romawi. Kata Old Englishnya Sæternesdæg , lalu berevolusi jadi Saturday. Akar Latinnya dies Saturni (hari Saturnus).
Pengaruh mitologi Nordik sangat jelas sekali tampak dalam kisah fiksi fantasi legendaris dan terkenal karya J.R.R. Tolkien, “The Lord of The Rings”. Karya Tolkien banyak mendapat pengaruh mitologi Nordik. Bumi tengah digambarkan seperti pohon Yggdrasil, dengan bermacam-macam ras, seperti: manusia, elf, dwarf, troll, orc. Ras-ras tersebut (selain manusia) diambil dari mitologi Nordik dan cerita rakyat Skandinavia.

Kisah Manusia

Dalam mitologi Yunani, perjalanan hidup manusia di bumi mengalami beberapa tahap. Kehidupan manusia diawali dengan Zaman Emas yang penuh kebahagiaan dan kemudian terus mengalami penurunan kualitas kehidupan pada zaman-zaman berikutnya sampai zaman terakhir, yaitu Zaman Besi.

Zaman Emas


Zaman Emas adalah periode pertama yang dialami oleh manusia, masa ini terjadi di bawah kekuasaan Kronus. Pada zaman ini semua manusia merasakan kebahagiaan dan kedamaian. Di dunia tidak ada penyakit, perang, kesedihan, atau penderitaan. Manusia hidup bersama para dewa dan tidak perlu bekerja keras karena makanan selalu tersedia belimpah. Hanya ada satu musim, yaitu musim semi. Manusia hidup dalam waktu yang lama tapi penampilan mereka selalu muda dan manusia mati dengan damai. Manusia yang mati akan berubah menjadi roh yang tetap tinggal di bumi dan ikut menjaga umat manusia. Pada masa ini Semua manusia baik dan tidak ada yang jahat. Ketika Zeus menggulingkan kekuasaan para Titan, Zaman Emas pun berakhir.

Zaman Perak


Setelah Zeus berkuasa, dia membuat manusia mengalami keadaan yang berbeda dari sebelumnya. Pada periode ini, Zeus membagi setahun menjadi empat musim. Penampilan dan kebijaksanaan manusia mengalami penurunan di banding masa sebelumnya. Manusia harus bertani dan beternak untuk makan, serta harus membuat rumah untuk tempat berlindung. Manusia menghabiskan waktu seratus tahun sebagai seorang bayi yang bergembira sedangkan masa dewasa yang pendek dilalui dalam penderitaan. Orang-orang tidak mau menyembah para dewa sehungga akhirnya Zeus menghancurkan umat manusia. Setelah mereka mati, mereka disebut sebagai "Roh Terhormat di Dunia Bawah."

Zaman Perunggu

Periode yang ketiga adalah Zaman Perunggu. Setelah memusnahkan umat manusia sebelumnya, Zeus menciptakan lagi umat manusia dari pohon abu (pohon untuk membuat tombak). Umat manusia pada zaman ini sangat kuat dan suka berperang. Mereka senang melakukan kekejaman. Mereka membuat alat-alat perang dan baju perang dari perunggu, bahkan rumah mereka pun dibuat dari perunggu. Ketika mereka mati, mereka pergi ke dunia bawah. Karena umat manusia sudah saling membunuh, Zeus memutuskan untuk memusnahkan lagi mereka, kali ini dengan banjir besar.

Zaman Pahlawan

Zeus menciptakan lagi umat manusia. Pada periode ini perilaku manusia agak lebih baik daripada masa sebelumnya. Banyak bermunculan manusia setengah dewa. Mereka adalah para pahlwan yang sangat berani dan melakukan banyak petualangan. Banyak pahlawan yang membunuh monster-monster dan menyelamatkn manusia lain. Banyak di antara para pahlawan itun yang mati dalam perang karena beberapa perang besar terjadi pada masa ini, misalnya adalah Perang Tujuh Pahlawan, dan Perang Troya. Setelah mati, roh para pahlawan pergi ke Elision, tempat yang berisi kebahagiaan yang dipimpin oleh Kronus.

Zaman Besi


Ini adalah periode yang terakhir. Masa ini adalah yang terburuk karena pada masa ini kebaikan kalah oleh kejahatan. Anak-anak tidak menghormati orang tuanya, saudara saling bunuh demi harta, orang-orang tak lagi punya rasa malu, banyak terjadi penipuan, pembunuhan, dan peperangan, serta berbagai perilaku rendah lainnya. Selain itu, rakyat banyak menderita di bawah kekejaman para penguasa yang serakah dan hanya peduli pada kekuasaannya. Karena dunia sudah dipenuhi oleh kejahatan, para dewa pun pergi meninggalkan dunia dan mengabaikan umat manusia. Periode ini berlangsung hingga saat ini dan suatu hari nanti Zeus pun akan menghancurkan umat manusia dari zaman ini.
Zeus memutuskan bahwa manusia harus memberikan persembahan pada dewa berupa bagian tubuh hewan. Promtheus sang Titan kecerdasan berusaha mengelabui Zeus. Prometheus menyembunyikan daging kerbau di dalam isi perut sapi yang menjijikan, dan menyembunyikan tulang-belulang di dalam lemak yang menggiurkan. Dia lalu meminta Zeus memilih persembahan bagi para dewa dan umat manusia akan menyimpan bagian yang satunya. Zeus pun memilih lemak yang menggiurkan. Tetapi Zeus marah ketika menyadari bahwa lemak tersebut berisi tulang belulang sementara manusia memperoleh daging kerbau sehingga di kemudian hari manusia mempersembahkan tulang untuk dewa dan mengambil dagingnya untuk dimakan.
Zeus yang marah akhirnya mengambil api dari umat manusia. Prometheus, dengan kepandaiannya, berhasil mencuri api dari Gunung Olimpus dan menyembunyikannya dalam sekumpulan batang tanaman adas. Prometheus lalu memberikan api curiannya pada manusia sehingga sekali lagi umat manusia memiliki api.
Karena ulahnya itu, Zeus merantai Prometheus di puncak Kaukasia. Setiap hari seekor burung elang datang dan memakan hati Prometheus dan malam harinya hatinya tumbuh lagi, begitulah setiap hari.
Suatu hari dalam penyiksaannya, Io, yang sedang berwujud sapi, lewat di tempat Prometheus. Prometheus memberitahu Io bahwa dia akan kembali menjadi manusia setelah tiba di Mesir, dan akan memiliki anak dari Zeus. Prometheus juga memberitahunya bahwa keturunan Io akan menjadi raja-raja dan pahlawan besar. Beratus-ratus tahun kemudian Prometheus akhirnya dibebaskan oleh Herakles yang merupakan keturunan Io. Herakles membunuh elang yang menyiksa Prometheus dan mematahkan rantainya. Prometheus memberi balasan dengan memberitahu Herakles cara mendapatkan apel Hesperides. Setelah bebas, Prometheus diterima kembali oleh Zeus.
Untuk menghukum umat manusia karena telah mencuri api dari Gunung Olimpus, Zeus menyuruh salah satu anaknya, Hefaistos dewa pandai besi, untuk membuat seorang manusia. Maka terciptalah manusia perempuan pertama di dunia. Setelah diciptakan, Athena mengajarinya menenun dan menjahit serta memberinya pakaian, Afrodit memberinya kecantikan dan hasrat, para Kharis memakaikan padanya perhiasan, para Hoirai memberinya mahkota, Apollo mengajarinya bernyanyi dan bermain musik, Poseidon memberinya kalung mutiara, Hera memberinya rasa penasaran yang besar, Hermes memberinya kepandaian berbicara serta menamainya Pandora, bermakna "mendapat banyak hadiah".
Zeus kemudian memberikan Pandora pada Epimetheus untuk dinikahi. Prometheus, saudara Epimetheus, berusaha memperingatkannya untuk tidak menerima Pandora tetapi Pandora begitu mempesona sampai-sampai Epimetheus mau menikahinya. Pada hari pernikahan mereka, para dewa memberi hadiah berupa sebuh kotak yang indah dan Pandora dilarang untuk membuka kotak tersebut.
Suatu hari, Pandora sangat penasaran dan kemudian membuka kotak tersebut. Setelah dibuka, tiba-tiba aroma yang menakutkan terasa di udara. Dari dalam kotak itu terdengar suara kerumuanan sesuatu yang dengan cepat terbang ke luar. Pandora sadar bahwa dia telah melepaskan sesuatu yang mengerikan dan dengan segera menutupnya tapi terlambat, Pandora telah melepaskan teror ke dunia. Masa tua, rasa sakit, kegilaan, wabah penyakit, keserakahan, pencurian, dusta, cemburu, kelaparan, dan berbagai malapetaka lainnya telah bebas. Semua keburukan itu menyebar ke seluruh dunia dan menjangkiti umat manusia. Pandora sangat terkejut dan menyesal atas apa yang telah dilakukannya. Dia kemudian melihat ke dalam kotak dan menyadari bahwa ternyata masih ada satu hal lagi yang tersisa di sana, yaitu harapan.
Pada Zaman Perunggu manusia, Zeus berniat mengirim sebuah banjir besar untuk memusnahkan manusia. Zeus menurunkan hujan tiada henti dari langit dan Poseiodon menumpahkan air laut ke daratan.
Deukalion adalah seorang manusia putra dari Titan Prometheus. Sebelum banjir besar datang, Deukalion diperingatkan oleh ayahnya. Maka dia dan istrinya, Pirrha, membuat sebuah perahu serta menyiapkan perbekalan. Pirrha adalah anak dari Epimetheus dan Pandora. Ketika banjir datang ke tempat mereka, Deukalion dan istrinya naik ke perahu. Banjir itu terjadi selama sembilan hari sembilan malam. Deukalion dan istrinya bertahan di atas perahu sampai akhirnya perahu mereka berhenti di daratan, yang merupakan puncak Gunung Parnassos. Sebagai rasa syukur karena telah selamat, Deukalion dan istrinya memberikan persembahan pada Zeus.
Deukalion dan Pirrha merasa kesepian karena hanya mereka manusia yang tersisa. Mereka menemukan reruntuhan kuil Themis dan berdoa di sana. Themis menyuruh mereka melempar tulang-tulang ibu mereka ke belakang bahu mereka. Mereka menyadari bahwa yang dimaksud ibu adalah Gaia, dewi bumi, dan tulang-tulang Gaia adalah bebatuan.
Deukalion dan istrinya kemudian melempar batu-batu ke belakang tubuh mereka. Batu yang dilempar oleh Deukalion berubah menjadi laki-laki sedangkan batu yang dilempar Pirrha berubah menjadi perempuan sampai akhirnya manusia menjadi banyak lagi.